laporan bunga tunggal dan bunga majemuk
LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN 1
BUNGA TUNGGAL DAN BUNGA MAJEMUK
(Planta Uniflora dan Planta Multiflora)
Dosen Pembimbing :
Evika Sandi Savitri, M.P
Oleh:
Nama : Novia Qurrota Ayun
NIM : 08620029
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bunga
merupakan organ reproduktif pada tumbuhan. Berdasarkan tipenya, bunga
dibagi menjadi bunga tunggal dan bunga majemuk. Pada bunga tunggal, satu
tangkai hanya mendukung satu bunga, sedangkan pada bunga majemuk, satu
tangkai mendukung banyak bunga (Fahn, 1991).
Bagian-bagian bunga juga bermacam – macam, bunga tunggal terdiri atas tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptaculum), kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistillum). Bagian-bagian bunga majemuk terdiri atas ibu tangkai bunga (pedunculus), daun pelindung (bractea), daun tangkai (bracteola), tangkai daun (pedicellus), dan bunga (flos) (Parwata, 2009).
Kita
tidak akan mengetahui secara jelas atau detail tentang bagian masing –
masing bunga, jika tidak melakukan penelitian. Maka dari itu, pada praktikum kali ini, akan dibahas sedikit banyak tentang morfologi bunga tunggal (Planta uniflora) dan bunga majemuk (Planta multiflora).
1.2 Tujuan
Agar dapat mengenal bermacam-macam susunan bunga tunggal (Planta uniflora) dan bunga majemuk (Planta multiflora).
.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bunga
merupakan organ reproduktif pada tumbuhan. Berdasarkan tipenya, bunga
dibagi menjadi bunga tunggal dan bunga majemuk. Pada bunga tunggal, satu
tangkai hanya mendukung satu bunga, sedangkan pada bunga majemuk, satu
tangkai mendukung banyak bunga (Fahn, 1991).
Bagian-bagian bunga tunggal terdiri atas tangkai bunga (pedicel), dasar bunga (receptacle), kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistil). Bagian-bagian bunga majemuk terdiri atas ibu tangkai bunga (peduncle), daun pelindung (bract), daun tangkai (bracteola), tangkai daun dan bunga (Stace, 1980).
Bunga
majemuk dapat dibedakan menjadi bunga majemuk terbatas dan bunga
majemuk tidak terbatas. Contoh bunga majemuk terbatas adalah monochasium
yang terdiri atas monochasium tunggal, sekrup, dan bercabang seling;
dichasium yang terdiri atas dichasium tunggal dan dichasium majemuk;
pleiochasium; bunga kipas dan bunga sabit (Widya, 1989).
Bunga
majemuk tidak terbatas dibedakan menjadi bunga majemuk dengan ibu
tangkai tidak bercabang dan bunga majemuk dengan ibu tangkai bercabang.
Contoh yang pertama adalah bunga bulir, tongkol, untai, tandan, cawan,
payung, bongkol, dan bunga periuk. Contoh yang kedua adalah bunga malai,
thyrse, malai rata, bulir majemuk, tongkol majemuk dan payung majemuk
(Dod, 1979).
Tipe
lain bunga majemuk adalah bunga karangan semu, cyathium, berkas, tukal,
dan lembing. Berdasarkan kelengkapan bagian bunga, bunga dibedakan
menjadi bunga lengkap, bunga tidak lengkap, bunga sempurna
(biseksual/hermaprodit) dan bunga tidak sempurna (uniseksual). Bunga
uniseksual terdiri atas bunga jantan dan bunga betina. Berdasarkan pada
kelamin bunga yang terdapat dalam suatu tumbuhan maka tumbuhan dibedakan
menjadi tumbuhan berumah satu (monoecious), tumbuhan berumah dua (diecious) dan polygamous (Sudarnadi, 1996).
Berdasarkan jumlah bunga, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora) dan tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora).
Berdasarkan letaknya, bunga dibedakan menjadi bunga terminal bila
letaknya di ujung cabang atau ujung batang; dan bunga aksiler apabila
bunga terletak di ketiak daun (Sulasmi, 2004).
Bagian
bunga seperti daun kelopak dan daun mahkota berada pada susunan
tertentu ketika masih kuncup. Hal ini disebut estivasi, contohnya
estivasi valvate, valvate induplicate, valvate reduplicate, imbricate,
ascending imbricate, descending imbricate, convolute, plicate, open dan
quincuncial (Tjitrosoepomo, 1989).
Bagian
bunga lainnya, seperti dasar bunga dapat mengalami peninggian. Beberapa
istilah yang digunakan untuk menggambarkan peninggian dasar bunga,
misalnya anthofor, androfor, ginofor, androginofor dan discus. Bentuk
dasar bunga yang biasa dijumpai adalah bentuk rata, kerucut, cawan, dan
mangkuk (Sastrapradja, 1976).
Bunga
adalah struktur pembiakan pada tumbuhan berbunga, yaitu
tumbuhan-tumbuhan dalam divisi Magnoliophyta. Bunga mengandung
organ-organ tumbuhan, dan fungsinya ialah untuk menghasilkan biji-biji
melalui pembiakan. Untuk tumbuhan-tumbuhan yang bertaraf lebih tinggi,
biji-biji merupakan generasi berikutnya, dan bertindak sebagai cara yang
utama untuk penyebaran individu-individu spesies secara luas. Selepas
persenyawaan, sebagian dari bunga itu akan berkembang menjadi buah yang
meBunga terdiri atas sebuah sumbu yang padanya
organ-organ bunga yang lain tumbuh. Bagian dari sumbu yang merupakan
ruas yang berakhir dengan tangkai bunga (pedisel). Ujung distal pedisel ini mengembang dengan panjang yang beragam dan bagian ini disebut reseptakael bunga (talamus).
Organ-organ bunga melekat pada reseptakel. Sebuah bunga yang khas
mempunyai empat macam organ. Organ-organ yang paling luar adalah sepal
yang secara bersama-sama membentuk kaliks yang biasanya berwaran hijau
dan ditemukan paling rendah kedudukannya pada reseptakel. Disebelah
dalam sepal adalah corolla yang terdiri atas petal, pada umumnya
berwarna yang membentuk perhiasan bunga. Bila semua perhiasan bunga itu
sama, mereka disebut tepal. Di dalam perhiasan bunga dijumpai dua macam
organ reproduksi, yang sebelah luar disebut stamen yang bersma-sama
membentuk androsium, dan sebelah dalam di sebut karpel yang membentuk
ginesiumngandung biji-biji (Stace, 1980).
Pada umumnya bunga terdiri dari 4 bagian bunga dan tempatnya berturut turut dari tepi luar bunga bagian tengah kalix (kelopak), corolla (mahkota), andresium (kelamin jantan), ginesium (kelamin betina) (Greenway, 1997).
Pada satu tumbuhan ada kalanya hanya terdapat satu bunga saja (Planta uniflora) misalnya bunga coklat (Zepyranthus rosea Lindl). Tetapi umumnya satu tumbuhan terdapat banyak bunga (Planta multiflora) misalnya pada bunga mawar (Rosa sp) (Dod, 1979).
Jika
suatu tumbuhan hanya mempunyai satu bunga saja, biasanya bunga itu
terdapat pada ujung batang, jika bunganya banyak, dapat sebagian bunga –
bunga tadi terdapat dalam ketiak – ketiak daun dan sebagian pada ujung
batang atau cabang – cabang. Jadi menurut tempatnya pada tumbuhan, kita
dapat membedakan (Tjitrosoepomo, 1989):
a) Bunga pada ujung batang (flos terminalis), misalnya bunga coklat, kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz).
b) Bunga di ketiak daun (flos lateralis atau flos axillaris), misalnya pada kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.), kembang telang (Clitoria ternatea L.).
Selain dari itu pada suatu tumbuhan dapat kita lihat, bahwa bunganya yang besar jumlahnya itu, dapat (Tjitrosoepomo, 1989) :
1. Terpencar atau terpisah – pisah (flores sparsi), misalnya pad kembang sepatu,
2. Berkumpul membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka ragam. Suatu rangkaian bunga dinamakan pula: bunga majemuk (anthotaxis atau inflorescentia), misalnya pada kembang merak.
Suatu
bunga majemuk harus dapat di bedakan dari cabang yang mendukung
sejumlah bunga di ketiaknya. Pada suatu cabang dengan sejumlah bunga di
ketiak jelas kelihatan, bahwa diantara bunga – bunganya sendiri yang
terdapat pada cabang itu terdapat daun – daun biasa yang berguna untuk
berasimilasi. Pada suatu bunga majemuk sumbu yang mendukung bunga –
bunga yang telah berkelompok itu tidak lagi berdaun, atau juka ada
daunnya, daun – daun tadi telah mengalami metamorfosis dan tidak lagi
berguna sebagai alat untuk asimilasi. Walaupun demikian menurut
kenyataanya sering kali tidak mudah untuk membedakan suatu bunga majemuk
dari cabang yang mempunyai bunga – bunga di ketiak daunnya (Parwata,
2009).
Pada suatu bunga majemuk lazimnya dapat kita bedakan bagian – bagian berikut (Greenway, 1997) :
a. Bagian – bagian yang bersifat seperti batang atau cabang, yaitu:
1. Ibu tangkai bunga (pedunculus, pedunculus communis atau rhacis),
yaitu bagian yang biasanya merupakan terusan batang atau cabang yang
mendukung bunga majemuk tadi. Ibu tangkai ini dapat bercabang, dan
cabang – cabangnya bercabang lagi, dapat pula sama sekali tidak
bercabang.
2. Tangkai bunga (pedicellus), yaitu cabang ibu tangkai yang mendukung bunganya.
3. Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai bunga, yang mendukung bagian – bagian bunga lainnya.
b. Bagian – bagian yang bersifat seperti daun antara lain:
1. Daun – daun pelindung (bractea), yaitu bagian – bagian serupa daun yang dari ketiaknya muncul cabang – cabang ibu tangkai atau tangkai bunganya.
2. Daun tangkai (bracteola), yaitu satu atau dua daun kecil yang terdapat pada tangkai bunga. Pada tumbuhan biji belah (Dikotyledonae) biasanya terdapat dua daun tangkai yang letaknya tegak lurus pada bidang median, sedang pada tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae) hanya terdapat satu daun tangkai dan letaknya di dalam bidang median, di bagian atas tangkai bunga.
3. Seludang bunga (spatha),
yaitu daun pelindung yang besar, yang seringkali menyelubungi seluruh
bunga majemuk waktu belum mekar, misalnya terdapat pada bunga kelapa (Cocos nucifera L.), iles – iles (Amorphophallus variabillis BI.).
4. Daun – daun pembalut (bractea involucralis, involucrum), yaitu sejumlah daun – daun pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran, terdapat misalnya pada bunga matahari (Helianthus annuus L.)
5. Kelopak tambahan (epicalix),
yaitu bagian – bagian serupa daun yang berwarna hijau, tersusun dalam
suatu lingkaran dan terdapat di bawah kelopak, misalnya pada bunga
kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.). kapas (Gossypium sp.).
6. Daun – daun kelopak (sepalae).
7. Daun – daun mahkota atau daun tajuk (petalae).
8. Daun – daun tenda bunga (tepalae), jika kelopak dan mahkota sama bentuk dan warnanya.
9. Benang – benang sari (stamina).
10. Daun – daun buah (carpella).
Bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia racemosa, inflorescentia botryoides atau inflorescentia),
yaitu bunga majemuk yang ibu tangkainya dapat tumbuh terus, dengan
cabang – cabang yang dapatbbercabang lagi atau tidak, dan mempunyai
susunan ”acropental” (semakin muda semakin dekat dengan ujung ibu
tangkai), dan bunga – bunga pada bunga majemuk ini mekar berturut –
turut dari bawah ke atas. Jika ujung ibu tangkai tak mendukung suatu
bunga, tampknya seakan – akan bunga majemuk ini tidak terbatas, lagi
pula jika dilihat dari atas, nampak bunga mulai mekar dari pinggir dan
yang terakhir mekarnya ialah bunga yang menutup ibu tangkainya. Karena
yang mekar mulai dari pinggir menuju ke pusat itulah maka bunga majemuk
yang bersifat demikian ini di namakan inflorescentia centripetala. Bunga
majemuk tak terbatas terdapat misalnya pada kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz), mangga (Mangifera indica L.) (Widya, 1989).
Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa atau inflorescentia centrifuga, inflorescentia definita),
yaitu bunga majemuk yang ujung ibu tangkainya selalu di tutup dengan
suatu bunga, jadi ibu tangkai mempunyai pertumbuhan yang terbatas. Ibu
tangkai ini dapat pula bercabang – cabang, dan cabang – cabang tadi
seperti ibu tangkainya juga selalu mendukung suatu bunga pada ujungnya.
Pada bunga majemuk yang terbatas bunga yang mekar dulu ialah bunga yang
terdapat di sumbu pokok atau ibu tangkainya, jadi dari tengah ke pinggir
(jika di lihat dari atas), oleh sebab itu di namakan: inflorescentia centrifuga (Fahn, 1991).
Melihat jumlah cabang pada ibu tangkai bunga majemuk terbatas di bedakab dalam tiga macam (Sastrapradja, 1976):
1. Yang
bersifat ”monochasial”, jika ibu tangkai hanya mempunyai satu cabang,
ada kalanya lebih (dua cabang), tetapi tidak pernah berhadapan, dan yang
satu lebih besar daripada yang lainnya. Cabang yang besar selanjutnya
seperti ibu tangkai setiap kali hanya mengeluarkan astu cabang saja.
Bunga majemuk semacam ini di temukan pada berbagai jenis tumbuhan yang
berbiji tunggal (Monocotyledoneae), kapas (Cossypium sp.).
2. Yang
bersifat ”dichasial”, jika dari ibu tangkai keluar dua cabang yang
berhadapan, terdapat pada tumbuhan dengan bunga berbibir (Labiatae), dll.
3. Yang
bersifat ”pleiochasial”, jika dari ibu tangkai keluar lebih dari dua
cabang pada suatu tempat yang sama tingginya pada ibu tangkai tadi,
misalnya pada bunga oleander (Nerium oleander L.).
Bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta),
yaitu bunga majemuk yang memperlihatkan baik sifat – sifat bunga
majemuk berbatas maupun sifat bunga majemuk tak berbatas. Bunga majemuk
yang di bedakan dalam ke tiga golongan tersebut di atas masing – masing
dapt lagi di bedakan dalam beberapa ragam yaitu di antaranya (Sulasmi,
2004):
a. Bunga majemuk tak terbatas (inflorencentia racemosa, inflorescentia botryoides, inflorescentia centripetala).
Dalam golongan ini dapat di bedakan lagi yang:
I. bu tangkai tidak bercabang – cabang, sehingga bunga (bertangkai atau tidak) langsung terdapat pada ibu tangkainya.
1. Tandan (racemus),
jika bunga bertangkai nyata, ibu tangkai bercanag, dan cabang –
cabangnya masing – masing mendukung satu bunga pada ujungnya, misalnya
pada kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz).
2. Bulir (spica), seperti tandan tetapi bunga tidak bertangkai, misalnya bunga jorong (Stachytarpheta jamaicensis Vahl,).
3. Untai atau bunga lada (amentum),
seperti bulir tetapi ibu tangkai hanya mendukung bunga – bunga yang
berkelamin tunggal, dan runtuh selutuhnya (bunga majemuk yang mendukung
bunga jantan, yang betina menjadi buah), misalnya pada sirih (Piper betle L.).
4. Tongkol (spadix), seperti bulir, tetapi ibu tangkai besar, tebal, dan seringkali berdaging, misalnya pada jagung (Zea mays L.), tetapi hanya bunga yang betina.
Pada
suatu bunga tongkol sering kali terdapat seludang bunga yang indah dan
menarik warnanya, yang selain berguna untuk menarik serangga, juga
sebagai perangkap bagi serangga yang mengunjungi bunga ini. Pada sebuah
tongkol, bunga betinanya terdapat di bagian atas, sedang bunga jantan di
bagian bawah, dan diantara kedua jenis bunga itu seringkali terdapat
bunga – bunga yang mandul, seperti pada iles – iles dan tumbuhan yang
tergolong suku Araceae pada umumnya.
5. Bunga payung (umbella),
yaitu suatu bunga majemuk tak terbatas, yang dari ujung ibu tangkainya
mengeluarkan cabang – cabang yang sama panjangnya. Masing – masing
cabang mempunyai suatu daun pelindung pada pangkalnya, dan karena
pangkal daun sama tinggi letaknya, maka tampak seakan – akan pada
pangkal cabang – cabang tadi seperti tedapat daun – daun pembalut. Bunga
payung terdapat pada tumbuhan suku Umbelliferae, misalnya: daun kaki
kuda (Centella asiatica Urb).
6. Bunga cawan (corymbus),
yaitu suatu bunga majemuk yang ujung ibu tangkainya lalu melebar dan
merata, sehingga mencapai bentuk seperti cawan, dan pada bagian itulah
tersusun bunga – bunganya. Pada pangkal bunga majemuk yang demikian ini
biasanya terdapat daun – daun pembalut (involucrum). Selain dari itu pada bunga cawan lazimya kita dapati dua macam bunga yaitu:
a. Bunga pita: bunga yang mandul yang terdapat sepanjang tepi cawan, oleh sebab itu dinamakan pula bunga pinggir (flos marginalis), yang serimg kali mempunyai mahkota yang berbentuk pita.
b. Bunga tabung, bunga – bunga yang terdapat di atas cawannya sendiri (flos disci),
seringkali kecil dan berbentuk tabung, oleh sebab itu dinamakan pula
bunga tabung. Bunga inilah yang mempunyai kedua macam alat kelamin dan
dapat menghasilkan buah.
7. Bunga bongkol (capitulum),
suatu bunga majemuk yang menyerupai bunga cawan, tetapi tanpa daun –
daun pembalut, dan ujung ibu tangkai biasanya membengkak, sehingga bunga
majemuk seluruhnya berbentuk seperti bola.
8. Bunga periuk (hypanthodium). Bunga ini dapat di bedakan dalam dua bentuk, yaitu:
a. Ujung
ibu tangkai menebal, berdaging, mempunyai bentuk seperti gada, sedang
bunga – bunganya terdapt meliputi selutuh bagian yang menebal tadi,
sehingga tercapai bentuk bulat atau silinder. Daun – daun pembalut tidak
ada.
b. Ujung
ibu tangkai menebal berdaging, membentuk badan yang menyerupai periuk,
sehingga bunga – bunga yang semestinya terletak padanya lalu terdapat di
dalam periuk tadi, dan sama sekali tak tampak dari luar.
II. Ibu
tangkai bercabang – cabang, dan cabang – cabangnya dapat bercabang
lagi, sehingga bunga – bunga tidak terdapat pada ibu tangkainya. Dalam
golongan ini dapat di sebut:
1. Malai (panicula),
ibu tangkainya mengadakan percabangan secara monopodial, demikian pula
cabang – cabangnya, sehingga suatu malai dapat di samakan dengan suatu
tandan majemuk. Secara keseluruan seringkali memperlihatkan bentuk
sebagai kerucut atau limas, misalnya bunga mangga (Mangifera indica L.).
2. Malai rata (corymbus romosus),
ibu tangkai mengadakan percabangan, demikian pula seterusnya cabngnya,
tetapi cabang – cabang tadi mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga
seakan – akan semua bunga pada bunga majemuk ini terdapat pad suatu
budang datar atau agak melengkung.
3. Bunga payung majemuk (umbella composita),
yaitu suatu bunga payung yang bersusun, dapat pula dikatakan sebagai
bunga payung, yang bagian – bagiannya berupa suatu payung kecil. Pada
pangkal percabangan yang pertama terdapat terdapat daun – daun pembalut,
demikian pada pangkal cabang yang berikutnya, hanya daun – daunya lebih
kecil.
4. Bunga
tongkol majemuk, yaitu bunga tongkol, yang ibu tangkainya bercabang –
cabang dan masing – masing cabang merupakan bagian dengan susunan
seperti tongkol pula, misalnya pada kelapa (Cocos nucifera L.).
5. Bulir
majemuk, jika ibu tangkai bunga bercabang – cabang dan masing – masing
cabang mendukung bunga – bunga dengan susunan seperti bulir, misalnya
pada bunga jagung (Zea mays L.).
Bunga pada umumnya mempunyai bagian – bagian berikut (Dod, 1979):
a. Tangkai bunga (pedicellus),
yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat batang, padanya seringkali
terdapat daun – daun peralihan, yaitu bagian – bagian yang menyerupai
daun, berwarna hijau, yang seakan – akan merupakan peralihan dari daun
biasa ke hiasan bunga.
b. Dasar bunga (receptaculum),
yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar, dengan ruas – ruas yang
amat pendek, sehingga daun – daun yang telah mengalami metamorfosis
menjadi bagian – bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain,
bahkan biasanay lalu tampak duduk dalam satu lingkaran.
c. Hiasan bunga (perianthium),
yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan daun yang masih tampak
berbentuk lembaran dengan tulang – tulang atau urat – urat yang masih
jelas. Biasanya hiasan bunga dapat di bedakan dalam dua bagian yang
masing – masing duduk dalam satu lingkaran. Jadi bagian – bagian hiasan
bunga itu umumnya tersusun dalam dua bagian antara lain: kelopak (kalix) dan mahkota bunga (corolla).
d. Alat – alat kelamin jantan (androecium),
bagian ini sesungguhnya juga merupakan metamorfosis daun yang
menghasilkan serbuk sari. Androecium terdiri atas sejumlah benang sari (stamen).
e. Alat kelamin betina (gynaecium),
yang pada bunga merupakan bagian yang biasanya disebut putik
(pistilum), juga putik terdiri atas metamorfosis daun yang disebut daun
buah (carpella). Pada bunga dapat ditemukan satu atau beberapa putik, dan setiap putik dapat terdiri atas beberapa daun buah.
Melihat bagian – bagian yang terdapat pada bunga maka bunga dapat di bedakan dalam (Tjitrosoepomo, 1989):
1. Bunga lengkap (flos completusl),
yang terdiri atas: lingkaran daun – daun kelopak, lingkaran daun – daun
mahkota, lingkaran benang – benang sari dan satu lingkaran daun – daun
buah.
2. Bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flos incompletusl),
jika salah satu bagian hiasan bunga atau salah satu alat kelaminnya
tidak ada. Jika bunga tidak mempunyai hiasan bunga, maka bunga itu di
sebut telanjang (nudus), juka hanya mempunyai salah satu dari kedua macam alat kelaminnya, dinamakan berkelamin tunggal (unisexualis).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
3.2.1 Bunga putri malu (Mimosa pudica).
Berdasarkan hasil pengamatan pada bunga putri malu (Mimosa pudica) ini memiliki bunga yang sangat indah yang berwarna ungu dan berbentuk bulat, bunga dari bunga putri malu (Mimosa pudica)
ini termasuk dalam bunga majemuk, sedangkan bunga majemuk itu bermacam –
macam jenisnya dan bunga putri malu ini termasuk dalam bunga majemuk
tak terbatas karena bunganya mekar mulai dari pinggir manuju ke pusat.
Bagian – bagian bunganya hanya terdapat 2 bagian yaitu benang sari dan
putik, oleh karena itu bunga ini disebut juga dengan bunga tidak
lengkap. Bunga ini tumbuh pada ketiak daun dan merupakan bunga bongkol
karena tidak memiliki daun – daun pembalut dan ujung ibu tangkai
membengkak.
Putri malu atau dalam bahasa ilmiah Mimosa pudica L. adalah tumbuhan dengan ciri daun yang menutup dengan sendirinya saat disentuh dan membuka kembali setelah beberapa lama. Tanaman berduri ini termasuk dalam klasifikasi tanaman berbiji tertutup (angiospermae) dan terdapat pada kelompok tumbuhan berkeping dua atau dikotil.
Tumbuhan berdaun majemuk menyirip dan daun bertepi rata ini memiliki
letak daun yang behadapan serta termasuk dalam suku polong-polongan.
Bunga bulat seperti bola, warna merah muda, bertangkai. Bunga rumput
putri malu (Mimosa pudica L),
rumput yang sering kita temui tumbuh liar ditanah-tanah tak terurus, di
jalan-jalan desa, atau mungkin tumbuh di halaman rumah kita. Ternyata
dari rumput liar ini tak disangka memiliki bunga yang amat cantik dengan
benang sari yang menjulang membentuk bola dan darinya tak nampak
kelopak bunga (Stace, 1980).
Tumbuhan
ini berasal dari Amerika tropis yang ditemukan pada ketinggian 1200
meter di bawah permukaan laut. Bunga berbentuk bulat seperti bola,
bertangkai, berwarna ungu/merah. Kelopak sangat kecil, bergigi empat,
seperti selaput putih. Tabung mahkota kecil, bertaju empat, seperti
selaput putih. Dia termasuk dalam bunga bongkol, karena bunganya majemuk
yang menyerupai bunga cawan, tetapi tanpa daun – daun pembalut, dan
ujung ibu tangkai biasanya membengkak, sehingga bunga majemuk seluruhnya
berbentuk seperti bola (Dod, 1979).
Berdasarkan
hasil pengamatan jika di bandingkan dengan literatur menurut Stace 1980
dan Dod 1979 sudah sesuai yaitu tentang jenis bunga majemuk tak
terbatas dan termasuk bunga bongkol, dsb.
3.2.2 Bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.).
Berdasarkan hasil pengamatan pada bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.)
ini termasuk dalam bunga tunggal. Bunga ini mempunyai bagian – bagian
yang lebih kompleks dari pada bunga putri malu, bagian – bagiannya yaitu
antara lain: kepala putik, benang sari, daun mahkota, kelopak, daun
kelopak, tangkai bunga, tangkai sari, dan tangkai putik. Oleh karena itu
bunga ini juga disebut dengan bunga lengkap. Bunga sepatu ini tumbuh
pada ketiak daun.
Kembang
sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis Linn) adalah tanaman semak yang berasal
dari Asia Timur dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di daerah tropis
dan subtropis. Bunganya besar dan tidak mempunyai bau/wangi. Pelbagai
varieties, dan hibrid telah dihasilkan, dengan warna bunga dari putih,
kuning, oranye, merah muda, merah, dan ungu dengan kelopak tunggal dan
berganda. Tanaman ini berkembang biak secara vegetatif dengan cara stek,
pencangkokan, dan penempelan. Kembang sepatu juga di sebut tanaman
obat, karena memiliki kandungan kimia yang disebut flavonida, zat samak
dan lender, yang memiliki khasiat anti inflamasi, diuretic, analgesic,
sedative dan ekspetoran. Bagian tanaman yang dapat digunakan adalah
daun, bunga, batang dan akar. Bunganya mengandung hibiscetin, sedangkan
batang dan daunnya mengandung kalsium oksalat, peroksidase, lemak, dan
protein. Bunga sepatu adalah bunga tunggal dan tumbuh pada ketiak daun,
dia juga disebut dengan bunga lengkap (Stace, 1980).
Berdasarkan
hasil pengamatan di bandingkan dengan literatur sudah sesuai atau sudah
sebanding bahwa pada bunga sepatu termasuk pada bunga tunggal, tumbuh
pada ketiak, dan termasuk bunga lengkap.
3.2.3 Bunga merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz).
Berdasarkan hasil pengamatan pada bunga merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz) ini
termasuk dalam bunga majemuk yaitu bunga majemuk tak terbatas karena
bunga ini ibu tangkainya dapat tumbuh terus, dengan cabang – cabang yang
dapat bercabang lagi atau tidak, dan mempunyai susunan acropental.
Dilihat dari bagian – bagiannya jenis bunga ini sama dengan bunga sepatu
yaitu bagian – bagiannya adalah: tangkai putik, putik, tangkai sari,
benang sari, daun mahkota, mahkota, tangkai bunga, dan kelopak. Maka
dari itu bunga ini juga di sebut dengan bunga lengkap. Bunga ini tumbuh
pada ujung ibu tangkai dan termasuk bunga tandan.
Tumbuhan
kembang merak berasal dari Amerika Selatan memiliki bunga majemuk yang
tersusun dalam tandan yang panjangnya 15-50 cm dengan warna bunga merah
dan kuning, sedangkan buahnya berbentuk buah polong, pipih, panjang 6-12
cm, lebar 1,5 cm berisi 18 buah dan biji tersebut bisa dikonsumsi. Buah yang sudah tua warnanya hitam (Sudarnadi, 1996).
Tumbuhan
kembang merak biasanya ditanam sebagai tanaman hias. Tanaman ini bisa
tumbuh tinggi dan melebar. Bunganya cantik, berwarna kuning cerah,
kuning kemerahan semburat jingga dan merah jambu; merupakan bunga
majemuk yang benang sari halusnya menjurai panjang. Setiap tangkai bisa
terdiri dari belasan kuntum bunga. Berbunga sepanjang tahun sehingga
cocok sebagai penghias kebun. Selain populer sebagai bunga merak,
dikenal juga dengan nama patra komala, kembang abang, jambul merak, dan
bunga jingoh (Widya, 1989).
Bunga
merak merupakan bunga majemuk dengan karangan bunga berbentuk tandan
(racemus) dan termasuk kedalam bunga bisexualis. Perhiasan bunga berupa
corolla dan calyx. Calyx terdiri dari 5 sepal yang lepas. Corolla
berbentuk kupu-kupu terdiri dari 5 petal yang saling lepas, 1 petal yang
besar disebut bendera atau vexilum, 2 sayap atau ala, 2 tunas atau
carina satu sama lain terpisah warnanya putih. Benang sari atau stamen
jumlahnya 10, 9 bersatu dan 1 buah lepas (diadelpus) semuanya sama
panjang. Putik atau pistilum berjumlah 1 dengan letak ovarium superum
terdiri dari 1 loculus dan 1 carpelum, jumlah ovulum bisa 1 sampai
banyak ovulum dengan letak ovulum parietalis (Parwata, 2009).
Berdasarkan
hasil pengamatan jika dibandingkan dengan literatur sudah sesuai atau
sebanding bahwa bunga merak termasuk dalam bunga tandan, dan tumbuh pada
ibu tangkai, dan juga termasuk dalam bunga majemuk, meskipun di
literatur tidak di jelaskan termasuk dalam bunga majemuk tak terbatas.
3.2.4 Bunga soka (Lxora hibrida).
Berdasarkan hasil pengamatan Bunga soka (Lxora hibrida) ini
termasuk bunga majemuk dan termasuk dalam bunga majemuk tak terbatas.
Bagian - bagian bunga dari bunga ini sangat sedikit sekali yaitu hanya
mempunyai mahkota dan benang sari, maka dari itu bunga ini disebut
dengan bunga tidak lengkap. Bunga ini tumbuh pada ujung ibu tangkai dan
termasuk bunga malai rata karena ibu tangkai mengadakan percabangan.
Soka
yang asli bisa tumbuh mencapai 3 m dengan batang berzat hayu keras.
Beragam warna bunga soka yang sering terlihat sekarang ini merupakan
hasil persilangan. Pohonnya tegak, berdaun rimbun, dengan banyak batang
dan ranting. Bunganya unik, bergerombol membentuk bola, terdiri dari
puluhan kuntum kecil setiap tangkainya. Warna bunga soka menarik :
merah, jingga, kuning pucat, kuning, pink, dan putih. Soka bisa ditanam
sendiri atau bila dijajarkan dapat berfungsi sebagai tanaman pagar. Soka
tidak memerlukan perawatan khusus. Asal cukup air dan sinar matahari,
bunganya akan muncul maksimal. Bisa tumbuh di dataran tinggi atau
rendah. Pembiakannya cukup dengan setek atau cangkok. Dalam jambangan
bunganya bisa bertahan 4-5 hari, asal pada waktu memotong pilih yang
masih banyak kuncupnya (Greenway, 1997).
Tanaman
soka merupakan tanaman yang menghendaki penyinaran matahari penuh
teruatama untuk merangsang pembungaan. Meskipun jenisnya cukup beragam,
secara umum bentuk morfologis tanaman terutama bagian bunganya tidak
berbeda jauh yaitu tersusun atas beberapa bunga kecil yang masing-masing
memiliki empat petal mahkota dalam satu tangkai mirip payung terbuka.
Bunga soka yang masih kuncup mirip jarum sehingga akan terkesan gundukan
jarum berwarna merah disaat belum mekar. Warna kelopak bunga ada yang
merah, merah muda, ungu , putih dan kuning. Namun di Indonesia jumlah
soka berwarna merah lebih banyak dibandingkan lainnya. Berbeda dengan
bentuk bunganya, penampilan batang dan daun bunga soka bisa
bermacam-macam. Ada yang lebar, ada yang sempit, ada juga yang medium
tergantung asalnya. Soka Jawa lebih condong berdaun lebar dengan tandan
bunga ramping dan kuntum bunganya berwarna merah (Fahn, 1991).
Berdasarkan
hasil pengamatan dibandingkan dengan literatur, kurang sesuai yaitu
pada hasil pengamatan tidak ditemukan kelopak sedangkan pada literatur
di jelaskan bahwa bunga soka mempunyai kelopak dengan warna yang
bermacam – macam.
3.2.5 Bunga bougenville (Bougainvillea spectabilis).
Berdasarkan
hasil pengamatan bahwa pada bunga bougenville ini termasuk dalam bunga
majemuk yaitu termasuk dalam majemuk tak terbatas. Bunga bougenville
termasuk juga dala bunga tidak lengkap karena hanya mempunyai bagian –
bagian bunga diantaranya yaitu: tenda bunga, benang sari, putik, dan
pangkal bunga. Bunga ini tumuh pada ketiak daun, dan termasuk bunga
malai karena ibu tangkainya mengadakan percabangan secara monopodial.
Bunga
kertas berasal dari Amerika Latin dan ditemui oleh Antonie de
Bougainveille pada tahun 1769-1776 di Brazil. Fasa pembungaan bunga
kertas ini agak aneh kerana jika ia nya tumbuh di tempat yang kurang
subur dan kering, pokok ini akan menghasilkan bunga yang lebat. Dari 13
spesies bunga kertas ini, yang paling banyak ditanam ialah Bougenvillia
spectabilis dan Bougenvillia glabra. Semuanya tergolong dalam famili
Nyctaginaceae. Spectabilis berbunga cerah dengan untaian bunga yang
menonjol dan rangkaian yang cukup panjang, warnanya ialah putih, ungu,
orange dan merah. Glabra mempunyai bentuk bunga yang kurang menonjol
kerana bunganya muncul antara daun. Bunga asli bougenville sendiri
sebenarnya berwarna putih yang berkumpul dibatang atau ketiak-ketiak
daun dalam jumlah banyak dan dilindungi oleh duri-duri tajam. Tanaman
asal Brazil ini memiliki batang yang cenderung melilit dan lentur.
Bunganya yang cantik merupakan daun yang berubah bentuk, warna dan
menyerupai kertas. Bunga cantik ini yaitu tergolong bunga majemuk tak
terbatas, dan disebut juga bunga malai.
Berdasarkan
hasil pengamatan dibandingkan dengan literatur sudah sebanding atau
sesuai yaitu pada bunga bougenville termasuk bunga majemuk tak terbatas,
tumbuh pada ketiak daun, dan termasuk juga dalam bunga malai
(Sastrapradja, 1976).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa:
1. Bunga putri malu (Mimosa pudica), bunga merak (Caesalpinia pulchemma), bunga soka (Lxora hybrida), dan bunga bougenville (Bougainvillea spectabilis) termasuk dalam bunga majemuk.
2. Bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis L) termasuk dalam bunga tunggal.
3. Bunga sepatu (Hibiscus rosasinensis L), dan bunga merak (Caesalpinia pulchemma) termasuk bunga lengkap.
4. Bunga putri malu (Mimosa pudica), bunga soka (Lxora hybrida), dan bunga bougenville (Bougainvillea spectabilis) termasuk dalam bunga tidak lengkap.
5. Bunga putri malu (Mimosa pudica), bunga merak (Caesalpinia pulchemma), bunga soka (Lxora hybrida), dan bunga bougenville (Bougainvillea spectabilis) termasuk bunga majemuk tak terbatas.
4.2 Saran
Praktikum
sudah berjalan dengan lancar dan baik, dan praktikan sudah mulai
nyambung dengan penjelasan – penjelasan para asisten. Makasih asisten……
DAFTAR PUSTAKA
Dod, B. 1979. Tanaman Bunga di Dunia. (terjemahan). Jakarta : UI Press.
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan. (Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Greenaway, T. 1997. Pohon. (Terjemahan: Hadisunarso, 2002). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Parwata, Oka Adi, dkk. 2009. Isolasi dan Uji Antiradikal Bebas Minyak Atsiri Pada Ekstrak Daun Bunga Sepatu Secara Spektrokopi Ultra Violet – Tampak. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana: Bukit Jimbaran.
Sastrapradja, et al. 1976. Tanaman Indonesia. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI.
Stace, C.A. 1980. Taksonomi tumbuhan dan biosistematik. Bogor : IPB Press.
Sudarnadi, H. 1996.Tumbuhan Monokotil. 133 Hal. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sulasmi. 2004. Macam – Macam Tanaman Dataran Tinggi dan Rendah. Bogor: IPB Press.
Tjitrosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Widya, yasinta. 1989. Tanaman obat indonesia. Malang : Universitas Negeri Malang Press.
sumber ; http://qurrotaayunc.blogspot.com/2011/12/laporan-bunga-tunggal-dan-bunga-majemuk.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar